Kamis, 10 Januari 2013

My Certificate




Biodanza yang disebut juga dengan dance of life adalah salah satu teknik intervensi terbaru dari ilmu psikologi, yang ditemukan oleh Rolando Toro dari Chile. 

Merupakan sebagian cara yang dilakukan seseorang untuk mengantisipasi dan menjauhkan stres dari kehidupannya, mulai dari kegiatan olahraga, mengatur pola makan, mendengarkan musik, yoga dan bahkan meditasi.

Setumpuk tuntutan dan tekanan yang diterima baik dari lingkungan maupun pekerjaan membuat kita terlebih anak-anak sulit mengekspresikan diri dan jadi lebih mudah stres.

Direktur Representative School of Empathy Indonesia Rustika Thamrin menuturkan teknik intervensi biodanza adalah pendekatan yang unik, karena mengutamakan ekspresi diri dan auto regulasi dengan menggabungkan berbagai kekuatan antara lain kekuatan musik, gerak dan tari, serta kekuatan interaksi kelompok.

Dia menuturkan dalam kegiatan biodanza ini, ada beberapa orang berkumpul di dalam satu ruangan dan melakukan berbagai gerakan seperti tarian, berjalan, serta berlari yang menyenangkan, sehingga bisa membuat peserta menjadi lebih rileks. Bahkan seperti kembali ke masa anak-anak yang sedang bermain gembira ria.

“Melalui aktivitas fisik yang menyenangkan membuat peserta lebih merasa bahagia. Pendekatan ini akan membuat orang lebih mudah mengekspresikan dirinya, sehingga bisa mencegah stres,” ungkap Rustika.

Dia menjelaskan program SOE dirancang oleh
 Prof.  Marcus Stueck dari University of Leipzig, Jerman.
 


Rabu, 09 Januari 2013

Pengaruh Komputer terhadap Psikologi





Minggu, 09 Desember 2012

MINDMAP OF PSYCHOLOGY


















Secara umum, Phobia adalah rasa ketakutan kuat (berlebihan) terhadap suatu benda, situasi, atau kejadian, yang ditandai dengan keinginan untuk ngejauhin sesuatu yang ditakuti itu.
Bedanya sama rasa takut biasa adalah, hal yang ditakuti sebenarnya nggak menyeramkan untuk sebagain besar orang.
Phobia terjadi karena adanya faktor biologis di dalam tubuh, seperti meningkatnya aliran darah dan metabolisme di otak. Bisa juga karena ada sesuatu yang nggak normal di struktur otak. Tapi kebanyakan psikolog setuju, phobia lebih sering disebabkan oleh kejadian traumatis.

Kata “phobia” sendiri berasal dari istilah Yunani “phobos” yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates.

Walaupun ada ratusan macam phobia tetapi pada dasarnya phobia-phobia tersebut merupakan bagian dari 3 jenis phobia, yang menurut buku DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder IV) ketiga jenis phobia itu adalah:

1. Phobia sederhana atau spesifik (Phobia terhadap suatu obyek/keadaan tertentu) seperti pada binatang, tempat tertutup, ketinggian, dan lain lain.

2. Phobia sosial (Phobia terhadap pemaparan situasi sosial) seperti takut jadi pusat perhatian, orang seperti ini senang menghindari tempat-tempat ramai.

3. Phobia kompleks (Phobia terhadap tempat atau situasi ramai dan terbuka misalnya di kendaraan umum/mall) orang seperti ini bisa saja takut keluar rumah.

PENYEBAB 
Gen atau keturunan
Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian bahwa penderita yang mengidap fobia sosial memiliki anggota yang mengalami kecemasan serupa. Pengidap fobia sosial memiliki gen yang lebih sensitif terhadap kecemasan dibanding dengan mereka yang tidak mengidap fobia sosial. 
Pola asuh
Tidak semua yang memiliki gen cemas berpotensi menjadi fobia sosial. Ini juga ditentukan oleh pola asuh individu tersebut. Jika pola asuh orang tua overprotektif, akan menyebabkan anak tidak mandiri karena mereka tidaj terlatih melakukan suatu hal sendiri, sehingga mereka tidak mempunyai kesempatan untuk belajar menghadapi masalah sendiri. 

Trauma masa lalu
Mereka yang pernah mengalami trauma yang berkaitan dengan hal-hal yang membuat malu, dihina, ataupun dilecehkan juga dapat menjadi pemicu terjadinya fobia sosial.


Cara Penanggulangan Penderita Phobia

1.Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia.

2. Flooding: Exposure Treatment yang ekstrim. Si penderita phobia yang ngeri kepada Kucing (ailurophobia), dimasukkan ke dalam ruangan dengan beberapa ekor kucing, sampai ia tidak ketakutan lagi.

3. Desentisisasi Sistematis: Dilakukan exposure bersifat ringan. Si penderita phobia yang takut akan kucing disuruh rileks dan membayangkan berada ditempat yang indah dimana si penderita didatangi oleh kucing-kucing lucu.

4. Abreaksi: Si penderita phobia yang takut pada kucing dibiasakan terlebih dahulu untuk melihat gambar atau film tentang kucing, bila sudah dapat tenang baru kemudian dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya dari jauh dan semakin dekat perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat dilanjutkan dengan memegang kucing dan bila phobia-nya hilang mereka akan dapat bermain-main dengan kucing. Memang sih bila phobia yang dikarenakan pengalaman traumatis lebih sulit dihilangkan.

5. Reframing: Penderita phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau dimana permulaannya si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia baru yang tidak takut lagi pada phobia-nya.