Senin, 14 Maret 2011

Penyesuaian Diri dan Definisi Stress serta Pemahamannya

Pertumbuhan kepribadian yang sehat adalah suatu proses penting dalam perkembangan setiap individu. Pada pokok bahasan yang lalu kita telah membahas kepribadian yang sehat dimana menjadi faktor penentu kesehatan mental. Pada umumnya seseorang merawat serta menjaga kepribadian sehat ini dikarenakan pengaruh lingkungan, tekanan sosial, gaya hidup atau pola hidup yang kurang sehat dan sebagainya. Kali ini kita akan membahas bagaimana penyesuain diri sangat berpengaruh dalam pertumbuhan mengaktualisasi diri serta pemahamannya

Penyesuain Diri

Menurut Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri. Ali dan Asrori (2005) juga menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Sebelumnya Scheneiders (dalam Yusuf, 2004), juga menjelaskan penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup.

Jadi Penyesuain diri merupakan proses mengubah diri sesuai dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi dan konflik sehingga tercapainya keharmonisan pada diri sendiri serta lingkungannya dan akhirnya dapat diterima oleh kelompok dan lingkungannya.

Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Menurut Fatimah penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu sebagai berikut:

· Penyesuaian pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dalam mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.

Pada aspek ini, keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai oleh:

· Tidak adanya rasa benci,

· Tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau tidak percaya pada

potensi dirinya.

Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh:

· Kegoncangan emosi

· Kecemasan

· Ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah anatara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya.

· Penyesuaian sosial

Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial di tempat individu itu hidup dan berinterakasi dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hungan dengan anggota keluarga, masyarakat, sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum.

Proses yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma sosial yang berbeda-beda. Dalam proses penyesuaian sosial individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya.

Karakteristik Penyesuaian Diri

Menurut Hariyadi terdapat beberapa karakteristik penyesuaian diri yang positif, diantaranya:

· Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan di samping kelebihan-kelebihannya. Individu tersebut mampu menghayati kepuasan terhadap keadaan dirinya sendiri, dan membenci apalagi merusak keadaan dirinya betapapun kurang memuaskan menurut penilaiannya. Hal ini bukan berarti bersikap pasif menerima keadaan yang demikian, melainkan ada usaha aktif disertai kesanggupan mengembangkan segenap bakat, potensi, serta kemampuannya secara maksimal.

· Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif, sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan. Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki ketajaman dalam memandang realita, dan mampu memperlakukan realitas atau kenyataan secara wajar untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ia dalam berperilaku selalu bersikap mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula ia mau menerima feedback dari orang lain.

· Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya. Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan hal-hal yang jauh di luar jangkauan kemampuannya. Hal ini terjadi perimbangan yang rasional antara energi yang dikeluarkan dengan hasil yang diperolehnya, sehingga timbul kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.

· Memiliki perasaan yang aman dan memadai Individu yang tidak lagi dihantui oleh rasa cemas ataupun ketakutan dalam hidupnya serta tidak mudah dikecewakan oleh keadaan sekitarnya. Perasaan aman mengandung arti pula bahwa orang tersebut mempunyai harga diri yang mantap, tidak lagi merasa terancam dirinya oleh lingkungan dimana ia berada, dapat menaruh kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menerima kenyataan terhadap keterbatasan maupun kekurangan-kekurangan dan lingkungan-nya.

· Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran Karakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaan di luar dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginannya.

· Terbuka dan sanggup menerima umpan balik Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersikap dan berbicara atas dasar kenyataan sebenarnya, ada kemauan belajar dari keadaan sekitarnya, khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya.

· Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi Hal ini tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain, yakni tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempunyai pengertian yang dalam, dan sikapnya wajar.

· Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya.

· Individu mampu mematuhi dan melaksanakan norma yang berlaku tanpa adanya paksaan dalam setiap perilakunya. Sikap dan perilakunya selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhan norma, dan atas keinsyafan sendiri.

Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri

Menurut Sunarto dan Hartono (1995) terdapat bentuk-bentuk dari penyesuaian diri, yaitu:

· Penyesuaian diri positif ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

· Tidak adanya ketegangan emosional.

· Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.

· Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.

· Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.

· Mampu dalam belajar.

· Menghargai pengalaman.

· Bersikap realistik dan objektif.

Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:

· Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung. Individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya. Misalnya seorang siswa yang terlambat dalam menyerahkan tugas karena sakit, maka ia menghadapinya secara langsung, ia mengemukakan segala masalahnya kepada guru.

· Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan). Individu mencari bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya. Misal seorang siswa yang merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas, ia akan mencari bahan dalam upaya menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi, diskusi, dan sebagainya.

· Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba. Individu melakukan suatu tindakan coba-coba, jika menguntungkan diteruskan dan jika gagal tidak diteruskan.

· Penyesuaian dengan substitusi atau mencari pengganti. Jika individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya gagal nonton film di gedung bioskop, dia pindah nonton TV.

· Penyesuaian dengan menggali kemampuan pribadi. Individu mencoba menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri. Misal seorang siswa yang mempunyai kesulitan dalam keuangan, berusaha mengembangkan kemampuannya dalam menulis (me-ngarang), dari usaha mengarang ia dapat membantu mengatasi kesulitan dalam keuangan.

· Penyesuaian dengan belajar. Individu melalui belajar akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu menyesuaikan diri. Misal seorang guru akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak belajar tentang berbagai pengetahuan keguruan.

· Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri. Individu berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. Cara inilah yang disebut inhibisi. Selain itu, individu harus mampu mengendalikan dirinya dalam melakukan tindakannya.

· Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat. Individu mengambil keputusan dengan pertimbangan yang cermat dari berbagai segi, antara lain segi untung dan ruginya.

o Penyesuaian diri yang salah

Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya.

Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu:

· Reaksi bertahan (defence reaction)

Individu berusaha untuk mempertahankan diri, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:

·

o Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakannya.

o Represi, yaitu berusaha melupakan pengalamannya yang kurang menyenangkan. Misalnya seorang pemuda berusaha melupakan kegagalan cintanya dengan seorang gadis.

o Proyeksi, yaitu melempar sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima. Misalnya seorang siswa yang tidak lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya.

o Sour grapes (anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikkan kenyataan. Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik, mengatakan bahwa mesin tik-nya rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik.

· Reaksi menyerang (aggressive reaction)

Reaksi-reaksi menyerang nampak dalam tingkah laku : selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, mau memiliki segalanya, bersikap senang mengganggu orang lain, menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan, menunjukkkan sikap permusuhan secara terbuka, menunjukkan sikap menyerang dan merusak, keras kepala dalam perbuatannya, bersikap balas dendam, memperkosa hak orang lain, tindakan yang serampangan, marah secara sadis.

· Reaksi melarikan diri (escape reaction)

Reaksi melarikan diri, nampak dalam tingkah laku seperti berfantasi, yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada tingkah laku yang tipis pada tingkat perkembangan yang lebih awal, misalnya orang dewasa yang bersikap dan berwatak seperti anak kecil, dan lain-lain.

Adapun beberapa teori yang berpengaruh dalam perkembangan :

a. Teori Lingkungan

Dalam sebuah kelompok teori lingkungan (atau milieu) termasuk teori belajar dan teori sosialisasi yang bersifat sosiologis. Kedua macam teori itu sebetulnya sama karena prinsip sosialisasi itu merupakan suatu bentuk belajar sosial . Hal ini juga berlaku bagi enkulturasi, yaitu memperoleh tingkah laku kebudayaan sendiri. Teori ini sangat berpengaruh dalam pembelajaran contohnya ; Saat seorang anak sedang belajar cara belajar , dimana ia sedang menggunakan sensorik dan motoriknya, selain itu ada juga bagaimana seorang ank beljar bergaul dalam lingkungannya serta bersosialisasi.

Berbagai teori lingkungan ini kurang memperhatikan akan pengaruh pembawaaan yang juga relative kuat dalam perkembangan seseorang.

b. Teori Psikodinamika

Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam hal pandangan akan pentingnya pengaruh lingkungan, termasuk lingkungan (milieu) primer, terhadap perkembangan. Perbedaannya ialah bahwa teori psikodinamika memandang komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan perkembangan seseorang. Menurut teori ini, maka komponen yang bersifat sosio- afektif yaitu ketegangan yang ada dalam diri seseorang, sebagai penentu dinamikanya.

Dalam penyesuaian diri ini kita juga harus dapat melihat seseorang dapat mengatsi dirinya serta mengaktualisasi dirinya secara baik. Adapun teori yang diberikan Victor Frankl dalam mengatasi diri, dimana ia memberikan penjelasan perasaan terharu serta ia lebih menggugah ke pengalaman kehidupan sehari – hari. Selain itu ia menjelaskan bahwa penulisannya itu memberikan petunjuk kebenaran karena dia mengalami semua peristiwa itu. Frankl menyajikan juga kepada kita suatu gambaran optimistis tentang kodrat manusia. Kita bukan robot terkondisi yang hanya memberikan respon karena kita telah dilatih untuk memberikan respons.

Hal yang lebih khusu dalam mengatsi diri adalah kita menemukan arti dalam kehidupan, nilai – nilai daya cipta, nilai – nilai pengalaman, dan nilai – nilai sikap. Kita dapat menemukan arti dalam sisi kehidupan dengan menghadapi aktivitas , karya , penderitaan, dan kematian , serta sikap sengaja yang kita pilih untuk menghadapi situasi – situasi kita.

Memahami Stress

Banyak orang telah tertimpa keadaan ini, dimana para penderitanya mengalami kesulitan dalam hal berkomunikasi, melaksanakan aktivitas sangat terganggu, dan lebih parahnya adalah mengalami gangguan kesehatan seperti; darah tinggi, hipertensi, penyakit jantung koroner dsb. Selain itu stress kejiwaan memilki dampak penting pada system kekebalan dan berujung pada kerusakan. Saat dilanda stress , otak meningkatkan produksi hormone atau kortisol dalam tubuh, yang melemahkan system kekebalan tubuh dan hormone. Singkatnya, stress merusak keseimbangan alamiah dalam diri manusia. Mengalami keadaan yang tidak normal ini secara terus menerus akan merusak kesehatan tubuh, dan berdampak pada beragam gangguan fungsi tubuh.

Definisi Stress

Menurut EP. Gintings, stress adalah reaksi tubuh manusia terhadap setiap tuntutan yang dialami oleh seseorang dalam beberapa hal; keletihan ,adanya sindroma khusus dari peristiwa biologis baik menyenangkan maupun tidak , keseimbangan diri yang menurun serta adanya beban perasaan yang mengakibatkan luka perasaaan. Dari rangkaian penjelasan diatas bahwa mobilisisi gerakan pembelaan tubuh manusia. Dan dari pembelaaan itu mengalami peristiwa – peristiwa keharusan atau ancaman yang menimpa seseorang dan menguntungkan apatasi peristiwa menyenangkan.

Menurut psikiater ternama , Dadang Hawari, Stress adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respons tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stress. Tetapi sebaliknya ternyata ia mengalami gangguan pada satu atau lebih pada organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi menjalankan fungsi pekerjaanya dengan baik, maka ia disebut distress.Dalam perkembangan selanjutnya ternyata dampak stress ini tidak hanya mengenai gangguan fungsional hingga kelainan organ tubuh, teatpi juga berdampak pada bidang kejiwaan, misalnya kecemasan dan depresi.

Kecemasan adalah gangguan alam perasaaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Depresi adalah ganggguan perasaan yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan hingga hilangnya kegairahan hidup.

Respon atau reaksi sesorang terhadap stressor psikososial (keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan sesorang sehingga seseorang itu terpaksa mengadakan apatasi atau penyesuain diri untuk menanggualnginya) yang dialaminya berbeda satu dengan lainnya. Ada yang menunjukan gejala – gejala stress ada juga yang menunjukan gejala – gejala kecemasan serta depresi. Pada gejala cemas yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan – keluhan psikis (ketakutan dan kekhawatiran), teatpi dapat pula disertai keluhan – keluhan somatic. Pada gejala depresi , gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan psikis (kemurungan dan kesedihan), teatpi dapat pula disertai keluhan somatic.

Unsur – Unsur Stress

1. Strain adalah bentuk ketegangan dan tekanan mengakibatkan sesorang bertingkah laku serta bertindak kacau

2. Nervous adalah kegugupan , gelisah sehingga detak jantung berdetak lebih cepat daripada biasanya, selain itu ciri umunnya adalah merasa mual , mulut kering dari air liur.

3. Situasi adalah mendukungnya keadaan sehingga orang merasa semakin terhimpit akan keadaan sulitnya itu

4. Transaksi adalah Proses saling pengaruh dan mengimabangi antara orang yang mengalami stress dan keadaaan yang penuh stress

Faktor – faktor yang Mempengaruhi stress

1. Faktor Perilaku

Adanya stressor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik ; stressor reaksi , stressor terduga

2. Faktor Psikologis

· Perceivedd control (Keyakinan seseorang dapat menguasai stressor tersebut)

· Learned Helplesseness (Reaksi tidak berdaya akibat seringnya mengalami peristiwa yang berada diluar kendali)

· Hardines (Keyakinan dimana sesorang dapat mengendalikan apa yang terjadi padanya. Komitment , keterlibatan, untuk dapat berapadapatsi dengan perubahan yang terjadi, seakan – akan perubahan merupakan tantangan untuk pertumbuhannya

3. Faktor Sosial

Peristiwa yang terjadi dikehidupan dan sangat berpengaruh dalam kesenjangan dan harapan dalam hidupnya.

Tahapan – Tahapan Stress

Gejala stress pada diri sesorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stress timbul secara lambat dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan menggangu fungsi kehidupan sehari – sehari baik di rumah, tempat kerja, atau pada pergaulan lingkungan sosialnya.

Tahapan – Tahapan stress

v Stress Tahap I

Pada tahap ini seseorang pekerja keras (hard worker) yang lebih cenderung membahayakan dimana ia tidak merawat dan menjaga kesehatan pribadinya. Karena dibalik semangatnya itu ia telah mencoba menipiskan cadangan energy dalam tubunhnya.

v Stress Tahap II

Pada tahap ini si penderita mulai mengeluhkan kesehatan tubuhnya seperti ; pada saat bangun tidur tersa lemah dan tidak bersemangat, detak jantung terasa lebih cepat, kurangnya nyaman akan kualitas kesehatan badan, badan tersa pegal dan sebagainya.

v Stress Tahap III

Pada ini si penderita lebih terlihat cirinya dikarenakan si penderita tidak menhiraukan keletihan yang terjadi dalam kesehatan pribadinya. Dengan begitu pada tahap ini si penderita harus dibawa ke dokter atau psikiater agar dapat meminimalisir kekacauan yang terjadi pada pribadinya

v Stress Tahap IV

Pada tahap ini jika sesorang dokter salah mendiagnose dikarenakan Dokter tidak menemukan hal yang aneh dalam diri penderita. Hal ini berakibat fatal bagi penderita, kareana menyebabkan kesehatan yang semakin menurun serta pribadi yang semakin kacau.

v Stress Tahap V

Pada Tahap ini penderita tidak bisa menjalankan aktivitas seperti bagaimana mestinya serta timbul perasaaan yang kacau dan panic.

v Stress Tahap VI

Biasanya pada tahap ini penderita sudah mengalami sakit yang klimaks yang terjadi pada dirinya serta tidak jarang mereka yang mengalami sakit tahap ini dirawat dalam waktu yang cukup lama . Selain itu biasanya pada tahap ini penderita telah terjangkit penyakit yang berbahaya ; kolesterol, hipertensi , darah tinggi , jantung koroner dan lain – lain.

Dampak Stresss


Orang yang mengalami stres dapat mengalaminya hanya untuk sementara waktu saja atau dapat untuk waktu lama. Pada tahap yang terakhir stres psikologik akan menampakkan diri dalam bentuk sakit fisik dan sakit psikis. Kesehatan jiwa terganggu. Orang dapat menjadi agresif, dapat menjadi depresi, dapat menderita neurosis cemas, dapat menderita gangguan psikosomatik, dapat tidak sehat badan, yaitu menderita penyakit fisik :

- Tekanan darah tinggi

- Sakit jantung

- Sesak nafas (Asthma Bronkhial)

- Radang usus, tukak lambung atau usus.

- Sakit Kepala (Tension Headache)

- Sakit eksim kulit (Neurodermatitis)

- Konstipasi

- Arthritis

- Kanker, dll.

Upaya Pencegahan Stress

  1. Jaga kesehatan fisik dengan makanan bergizi, cukup istirahat dan olahraga
  2. Mempunyai kepercayaan kepada Tuhan YME, hidup dalam pengharapan dan iman serta menjalankan ajaran Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Menerima segala peristiwa dalam kehidupan sebagai pelajaran dan dapat mengambil hikmahnya.
  4. Jika mempunyai masalah yang melibatkan emosi, cepat selesaikan dengan cara yang benar. Jangan memendam emosi dan konflik.
  5. Belajar tidak egois dan selalu mau menolong orang lain
  6. Percaya diri, tidak rendah diri dan senang dengan dirinya (dapat menerima diri apa adanya)
  7. Nikmati, hayati, syukuri tiap-tiap menit yang berlalu (here and now, masa depan adalah serial dari masa sekarang)
  8. Pupuklah benih-benih cinta (kasih sayang)
  9. Kembangkan rasa humor
  10. Carilah nilai-nilai perjuangan dalam hidup, sehingga kita dapat menghadapi kehidupan dengan ulet dan tahan bantingan.


Penanggulangan Stress

1. Pemberian obat (terapi medikamentosa).

  • Jika sudah menderita gangguan Jiwa, pertama-tama penderita harus diberi obat dulu sesuai dengan diagnosisnya.
  • Hal ini perlu untuk menghilangkan gejala, sehingga penderita kembali tenang dan dapat berpikir jernih, sehingga dapat diberikan psikoterapi.

2. Psikoterapi

Psikoterapi ialah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih, dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.


3. Latihan relaksasi

Latihan relaksasi dapat mengurangi kecemasan (anxietas), dapat menidurkan mereka yang menderita insomnia dan dapat mengurangi rasa sakit kepala yang ditimbulkan oleh stres. Latihan relaksasi dapat dilaksanakan dengan prosedur :

  1. Relaksasi Progresif (Jacobson)
  2. Autogenic Training (Schultz)
  3. Biofeedback
  4. Meditasi


Semua prosedur diatas umumnya memiliki beberapa prinsip yang sama yakni :

  1. Diusahakan timbulnya pengendoran otot-otot tubuh.
  2. Harus dilakukan secara teratur dan berulang kali.
  3. Individu itu dianjurkan untuk memakai relaksasi ini dalam menghadapi situasi stres sehari-hari.
  4. Juga diberikan pada klien suatu prosedur kognitif untuk menciptakan pikiran yang tenang, umpama : pada autogenic training, mereka harus mengulang-ulang kalimat “lengan dan kakiku sekarang berat dan hangat”.
  5. Persamaan yang paling kuat dari semua model prosedur relaksasi di atas adalah atensi pasif, yakni suatu fenomena yang berlawanan dengan jawaban aktif atau perjuangan yang umum dilaksanakan dalam menghadapi stres. Umpama : autogenic training, klien diajarkan untuk melaksanakan konsentrasi pasif. Dalam bio-feedback training diajarkan untuk bertindak berlawanan dari “usaha keras”.


4. Upaya yang bersifat lingkungan

  1. Keluarga : Seorang isteri / suami dapat merupakan sokongan sosial yang sangat berharga bagi seorang yang sedang menderita stres. Demikian pula halnya dengan orang tua bagi anaknya dan sebaliknya.
  2. Perkumpulan senasib / seprofesi : Perkumpulan para lanjut usia, para remaja atau kawan dan sebagainya banyak pula dapat pembantu anggotanya bila ia mengalami suatu stres atau masalah.
  3. Agama : Berdoa bersama dalam agamanya telah banyak memperlihatkan khasiatnya dalam memberikan kekuatan pada seseorang dalam menghadapi persoalan-persoalannya.
  4. Penulis : seorang psikiater sekaligus seorang Pelatih Prana.

Daftar Pustaka

Kholil Lur Rochman 2010. Kesehatan Mental. STAIN Press. Purwokerto

Chaplin.J.P. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. PT. RajaGrafindo Persada.,Jakarta

Schultz Duane.1991.Psikologi Pertumbuhan.Kanisius. Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar