Selasa, 22 Maret 2011

Posttraumatic Stress Disorder Pada Warga Jepang Pasca Tsunami

Bachty Halomoan S
2PA03/15509377
Dosen : Astri

Kesulitan dan cobaan menghampiri disetiap hidup kita , kadang kita pura – pura tak mengerti apa yang menjadi pola Tuhan memberikan cobaan disetiap lika – liku hidup kita. Kenyataan banyak orang yang tak bisa menerima akan musibah atau cobaan yang diberikan Tuhan , padahal kita tahu Tuhan memberikan porsi sesuai dengan kemampuan kita. Mungkin saya juga termasuk orang yang masih mengeluh dalam proses menerima musibah , masalah dan apalagi bencana. Bencana itu kadang membuat semua orang takut, resah, traumatis, merusak pertahanan diri, dan membuat stress yang berdampak negative(distress). Mari kita bahas bagaimana penerimaan atau dampak stress yang diakibatkan oleh bencana alam atau Musibah ini.
Itu pun yang dirasakan para korban Tsunami di Jepang , apalagi kabarnya disana masih terjadi gempa susulan yang memicu tsunami. Keadaan makin parah pada saat bocor Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima. Dimana Kejadian ini bisa sangat membahaya para warga di Jepang yang berdampak radiasi nuklir yang sangat berbahaya. Kepala pemerintahan Jepang berusaha mencegah kebocoran radiasi nuklir dengan menyemprotkan air laut dari pemadam kebakaran . Kejadian ini juga menewaskan ratusan orang lainnya , selain warga negara asing lainnya juga masih dicari keberadaaannya. Kejadian juga menambah catatan musibah Tsunami yang terjadi berbagi negara asia lainnya. Kejadian ini memiliki dampak yang membahayakan selain stress (Posttraumatic Stress Dissorder) , Gangguan Kesehatan Mental , serta penyakita kelainan kejiwaan lainnya.
Posttraumatic Stress Disorder
Posttraumatic Stress Disorder adalah kondisi yang ditandai oleh ketakutan yang kuat, tidak berdaya, atau horor (atau tidak teratur atau gelisah perilaku pada anak-anak) yang dihasilkan dari paparan trauma ekstrim. Gejala-gejala karakteristik termasuk reexperiencing gigih dari peristiwa traumatik, menghindari terus-menerus dari rangsangan yang terkait dengan trauma dan mati rasa respon umum, dan gejala otonom gigih gairah meningkat. Dan gangguan harus menyebabkan distress klinis signifikan atau gangguan di daerah penting sosial, pekerjaan, atau fungsi. Posttraumatic Stress Disorder disebabkan oleh Kekerasan penyerangan pribadi, seperti pemerkosaan atau penjambretan, kecelakaan mobil atau pesawat terbang, pertempuran militer, kecelakaan industri dan bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. Gejala biasanya dimulai dalam 3 bulan pertama setelah trauma, walaupun mungkin ada penundaan bulan, atau bahkan bertahun-tahun, sebelum gejala muncul. Sering, orang yang pertama memiliki Disorder Stress akut dalam segera setelah trauma.
Durasi Posttraumatic Stress Disorder bervariasi, dengan pemulihan lengkap terjadi dalam waktu 3 bulan di sekitar setengah dari kasus, dengan banyak orang lain mengalami gejala bertahan selama lebih dari 12 bulan setelah trauma. Dalam beberapa kasus, kursus ini ditandai dengan waxing dan memudarnya gejala. Gejala reaktivasi dapat terjadi sebagai tanggapan terhadap pengingat trauma asli, tekanan hidup, atau peristiwa traumatik yang baru.Tingkat keparahan, durasi, dan kedekatan dari seorang individu? S paparan peristiwa traumatik merupakan faktor paling penting yang mempengaruhi kemungkinan mengembangkan gangguan ini. Gangguan ini dapat berkembang pada individu tanpa syarat apapun predisposisi, terutama jika stressor sangat ekstrim.
Dalam proses penyembuhannya PSD ini biasanya dibantu dengan berbagai terapi penyembuhan. Kebanyakan dari para penderita PSD disembuhkan melalui terapi ataupun lewat rehabilitasi.

Terapi:
1.Terapi behavior lewat proses khusus yang melibatkan pengandaian mental dari peristiwa yang memicu traumatik dan disandingkan dengan terapi relaksasi. Dengan teknik ini, penderita akan menanggulangi rasa takutnya pada pemicu trauma.

2.Terapi kognitif untuk menghadapi efek peristiwa penyebab trauma. Terapi dengan cara si penderita bercerita bisa membantu penderita mengurangi kenangan buruk masa silam.

3.Terapi psikodinamik dengan memaparkan kembali penderita terhadap peristiwa traumatik namun dengan lingkungan yang lebih mendukung. Dengan terapi ini, penderita akan memahami perasaan sadar dan tak sadar terhadap peristiwa yang mempengaruhinya tersebut dan belajar menerima kondisi
.
4.Terapi medis dengan pemberian obat penenang atau obat anti depresann dapat membantu untuk mengobati gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun masalah potensial dengan terapi obat adalah bahwa pasien kemungkian menganggap perbaikan klinis yang terajadi disebabkan oleh obat dan bukan karena mereka sendiri. Obat tidak mampe memberikan efek kesembuhan secara total karena terapi obat hanya mengobati gejal bukan inti dari masalah trauma itu sendiri.

5.Untuk mengatasi PTSD, kata Tjhin dalam harian republika tertanggal 6 Februari, metode prolonged exposure therapy adalah salah satu metode perawatan psikoterapi yang dapat membantu pasien menghadapi situasi yang ditakuti secara aman dan sistematis. Dalam terapi ini, lanjut dia, pasien akan diarahkan untuk menceritakan peristiwa traumatik yang dialaminya. Pasien juga diarahkan untuk mengenali bagian-bagian paling menakutkan dalam peristiwa itu. `'Tujuannya, untuk melatih otak agar otak tidak sensitif lagi pada peristiwa tersebut,'' jelas Tjhin. Melalui terapi ini pasien akan diarahkan untuk mendukung, memperkuat, dan memperbarui mekanisme adaptasi. `'Psikiater akan membantu untuk meredakan perasaan bersalah, marah, sedih, depresi, cemas, dan mengurangi problem mental yang ada,'' cetusnya. Selain itu, lanjut Tjhin, upaya lain adalah menghindarkan pasien dari pikiran-pikiran, perasaan, orang, tempat, atau apa pun yang dapat membangkitkan ingatan akan peristiwa traumatik yang pernah dialami.

6.Ahli juga bersepakat, penderita trauma juga sebaiknya menghindari makanan/minuman pemicu PTSD seperti kafein (kopi, coklat, teh hitam, dan kola) dan alkohol.

7.Mempertahankan kadar gula darah untuk menyeimbangkan mood.

8.Banyak menkonsumsi buah, sayuran, dan protein dari sayuran seperti kacang-kacangan, serta ikan.

Pendapat lain mengenai cara menghilangkan atau terapi pada klien dengan PTSD adalah sebagai berikut:
1.Mengenali dulu apa yang menjadi penyebab gangguan itu, sebab tidak sama dalam setiap kasus.

2.Kembali lagi pada peristiwa saat itu, dan mengeluarkan emosi yang seharusnya dia keluarkan saat itu. Tentunya dengan bantuan seorang ahli terapi dia mengunjungi kembali saat itu dan mengeluarkan perasaannya yaitu perasaan takut, marah, diekspresikan semua.

3.Setelah itu baru masuk ke yang disebut di dalam ilmu terapi ke arah yang bersifat kognitif. Yaitu penyembuhan kognitif artinya dia akan diajar atau mulai belajar melihat hidup ini atau situasi ini dengan kaca mata yang berbeda.

Jadi PSD (Posttraumatic Stress Disorder) adalah kondisi yang ditandai oleh ketakutan yang kuat, tidak berdaya, atau horor (atau tidak teratur atau gelisah perilaku pada anak-anak) yang dihasilkan dari paparan trauma ekstrim. Gangguan ini dapat disembuhkan dengan terapi yang ada dan selain itu PSD dapat dicegah dengan memantapkan pribadi yang sehat lewat lingkungan yang memelihara peribadi yang tegar dan terus mau berusaha, itulah yang menjadi pribadi penduduk Jepang . Mereka mempunyai pribadi yang kuat dan tegar , karena mereka memang selalu mendisplinkan para tenaga kerja mereka , contohnya saja ; Pada siaran TV tidak boleh menayangkan hal – hal yang berbau kesedihan karena musibah ini , selain itu mereka langsung bergerak cepat untuk membangun kota mereka dengan mencari atau memadamkan radiasi nuklir. Inilah salah satu tekad atau kedisiplinan yang harus kita pelajari dan kita serap, agar pribadi kita yang sehat memiliki rasa tegar , kuat, dan tak putus asa


DAFTAR PUSTAKA
Kholil Lur Rochman 2010. Kesehatan Mental. STAIN Press. Purwokerto
Chaplin.J.P. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. PT. RajaGrafindo Persada.,Jakarta
Koran Kompas terbitan 12 Maret 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar